Selasa, 24 Juni 2014

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN KISTA OVARIUM



LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN KISTA OVARIUM


A.    KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Definisi Kasus
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam (indung telur) ovarium. (Kusuma, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.



2.      Klasifikasi
1)      Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
a)      Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda, sebagian akibat folikel de graft yang matang karena tidak dapat menyerap cairan setelah ovulsi. Kista ini bisanya asimptomotik kecuali jika robek, dimana kasus ini terdapat nyeri pada panggul. Jika kista tidak robek, bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi.
b)       Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesteron akibat dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri, tendenderness pada ovari, keterlambatan menstuasi dan siklus menstuasi yang tidak teratur atau terlalu panjang. Rupture dapat mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista corpus luteum hilang selama 1-2 siklus menstruasi.
c)       Sindroma rolisistik ovarium
Terjadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang terlalu tinggi, testosteron dan LH serta penurunan sekresi FSH. Tanda dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens tidak teratur, infertilitas.
d)     Kista Theca- lutein
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine (HCG).

2)      Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
a)      Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
b)      Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika haid atau bersenggama.
c)      Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
d)     Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e)      Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f)       Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g)      Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

3.      Penyebab
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1)      Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a)        Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b)        Zat tambahan pada makanan
c)        Kurang olah raga
d)       Merokok dan konsumsi alcohol
e)        Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f)         Sering stress
g)        Zat polutan
2)      Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

4.      Tanda dan Gejela
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Ø  Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a.    Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b.   Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c.    Nyeri saat bersenggama.
d.   Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
Ø  Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a.    Gangguan haid
b.   Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c.    Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d.   Nyeri saat bersenggma
Ø  Pada stadium lanjut :
a.    Asites
b.   Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
c.    Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d.   Gangguan buang air besar dan kecil.
e.    Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.

5.      Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada  folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian fokus
a.    Biodata Klien
b.    Riwayat penyakit sekarang
c.    Keluhan utama
·      Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah
·      Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa lelah.

d.   Riwayat penyakit dahulu
      Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
      Tanyakan apakah klien ada mengalami / menderita penyakt molahidatidos / kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
e.    Riwayat penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama denagn klien
f.     Riwayat Obestri
·      Tanyakan kapan menstruasi terakhir?
·      Tanyakan haid pertama dan terakhir?
·      Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?
·      Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi?
·      Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?
·      Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?
·      Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau proterm?
g.      Pola Kebiasaan
1)        Aktivitas / istirahat
·      Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat malam.
·      Kelemahan atau keletihan.
·      Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2)       Sirkulasi.
·         Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar), nyeri dada, perubahan tekanan darah.
3)       Integritas ego
·         Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi stres (keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain).
·         Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk tubuh.
·         Menyangkal, menarik diri, marah.
4)       Eliminasi.
·           Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
·           Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering berkemih.
·           Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5)       Makanan / cairan
·           Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet
·           Anorexsia, mual-muntah.
·           Intoleransi makanan.
·           Perubahan berat badan.
·           Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6)       Neurosensori
·           Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
7)       Nyeri
·         Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)
h.      Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1)       Inspeksi
Kepala         :  Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.
Mata            :  Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sklera.
Leher           : Tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis.
Payudara      :  Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
Dada             :  Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada inspirasi, frekuensi per-nafasan.
Perut              :   Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran vena-vena abdomen, tampak pembesaran striae.
Genitalia      :   Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.
 Ekstremitas :   Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.
2)       Palpasi
Leher           :   Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar submandibularis.
Ketiak         :   Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.
Payudara     :   Teraba massa abnormal, nyeri tekan.
Abdomen    :  Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan, perabaan hepar, ginjal dan hati.
3)       Perkusi
Abdomen    :   Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.
 Refleks       :   Fisiologis dan patologis
4)       Auskultasi
Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis arteri renalis dan arteri iliaca.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.    Preoperasi
1)       Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.
2)       Gangguan eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan adanya edema pada jaringan lokal.
3)       Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan
b.    Post operasi
1)       Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi
2)       Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan
3)       Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan)
4)       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit (jaringan, perubahan sirkulasi).



3.      Rencana Asuhan Keperawatan
a.    Preoperasi
No
Dx
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional

1.




















2.















3.





I




















II















III


Rasa nyeri klien hilang/ berkurang setelah tinakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria hasil:
         Klien tidak mengeluh nyeri / nyeri berkurang
         TTV normal
         Menunjukkan nyeri berkurang/terkontrol
         Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks
          Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur/istirahat dengan tepat
         Skala nyeri 0 dari skala nyeri 0-10.


Gangguan eliminasi urin dapat berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang selama 2 × 24 jam.
Kriteria hasil:
      Klien dapat mempertahankan atau memperoleh pola eliminasi yang efektif
      Klien ikut serta dalam pengobatan.
      Memulai perubahan gaya hidup yang diperlu

cemas dapat berkurang dan hilang dan pengetahuan klien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria hasil:
      Klien dapat menuturkan pemahanan kondisi, efek prosedur dan pengobatan
       Klien dapat  menunjukkan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan suatu tindakan
      Klien memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam program perawatan


         Kaji penyebab nyeri


         Monitor TTV


         Ajarkan tehnik relaksasi



         Atur posisi yang nyaman



         Kaji skala nyeri






       Pantau pola penolakan.



         Palpasi kandung kemih

         Tingkatkan masukan cairan 2000 – 3000 ml/hari (28 tpm -  48 tpm)
         Hindari tanda - tanda penolakan verbal atan nonverbal.



       Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.

       Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.

       Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.
         Libatkan orang terdekat ssesuai indikasi bila keputusan penting akan dibuat.

      Penyebab diketahui sehingga dapat dengan mudah menentukan intervensi
      Perubahan TTV merupakan identifikasi diri terhadap perkembangan px
      Tehnik relaksasi akan membantu otot-otot berelaksasi sehingg persepsi nyeri akan berkurang
      Posisi yang sesuai/nyaman akan mambantu otot-otot berelaksasi sehingga nyeri berkurang

      Skala nyeri menunjukan respon px terhadap nyeri.





      Informasi ini sangat penting untuk merncakan perawatan dan mempengaruhi pilihan intervensi invidu.
      Distensi kanung kemih mengindikasi retensi urinarius.
      Mempertahankan hidrasi aekuat dan meningkatkan fungsi ginjal.

      Ekspresi kekecewaan akan menurunkan rasa percaya diri dan tidak membantu mensukseskan program.



      Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
      Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya.
      Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya.

      Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat.
b.        Post Operasi
No
Dx
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional

1.



















2.





















3.


















4.





I



















II





















III


















IV


Gangguan rasa nyaman  (nyeri) berkurang / hilang setelah tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria hasil:
         Klien mengatakan tidak pernah nyeri lagi
         Klien tidak tampak meringis lagi
         Klien tidak lagi memegangi area nyeri
         Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri) dari skala nyeri 0-10.
         TTV dalam batas normal
         Klien tampak rileks



Resiko infeksi pada luka post operasi dapat dicegah setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria hasil:
         Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, nyeri, panas pada area luka post op
         Insisi luka operasi tampak mongering
         Suhu tubuh klien dalam batas normal (36-37,2 C)







Defisit perawatan diri tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria hasil:
         Klien dapat mandi sendiri
         Klien bebas dari bau
         Klien tampak menunjukkan kebersihan
         Klien nyaman







Luka operasi mencapai penyembuhan setelah tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria hasil :
         Tercapainya penyembuhan luka
         Mencegah komplikasi
         Tidak timbul jaringan parut

         Kaji skala nyeri

         Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
         Observasi TTV


         Atur posisi klien senyaman mungkin
         Anjurkan tehnik relaksasi

         Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri
         Ciptakan lingkungan nyaman bagi klien
Kolaborasi:
       Berikan analgetik sesuai indikasi

         Kaji tanda-tanda infeksi

         Observasi TTV klien

         Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan anti septik
         Jaga kebersihan area sekitar luka. Diskusikan dengan klien dan keluarga klien tentang perawatan luka post operasi
           Tingkatkan istirahat




Kolaborasi:
         Beri Antibiotik sesuai indikasi


         Kaji defisit perawatan diri klien


         Anjurkan keluarga untuk menyeka klien tiap pagi dan sore hari
         Anjurkan keluarga klien untuk mengganti pakaian klien 2 × sehari
         Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya kebersihan diri setelah post operasi.

         Menyeka klien
         Mengganti sprei


         Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
         Anjurkan  pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
         Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut saat mengganti balutan
Kolaborasi
         Pemberian antibiotik

         Untuk mengetahui tingkat nyeri
         Dapat membantu perawat dalam memberikan intervensi berikutnya
         Peningkatan Tekanan Darah dan nadi menandakan adanya nyeri
         Mengurangi rasa nyeri

         Memberikan rasa nyaman pada klien
         Agar klien tidak terlalu merasakan nyerinya
         Memberikan kenyamanan sehingga mengurangi nyeri
Kolaborasi:
         Analgetik dapat mengurangi nyeri

         Dapat menentukan intervensi yang tepat
         Mengetahui status kesadaran umum klien
         Meminimalkan masuknya mikro organisme

         Mencegah penyebaran infeksi



         Istirahat menurunkan proses metabolisme, memungkinkan O2 dan nutrien digunakan untuk penyembuhan
Kolaborasi
         Anti biotik untuk mematikan mikro organisme


         Untuk menentukan dan mengetahui tingkat defisit perawatan klien guna memberikan perawatan.
          Agar kebersihan diri klien tetap terjaga

         Agar klien merasa nyaman dengan pakaian yang bersih.

         Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang personal hygene setelah post operasi

         Personal hygene terpenuhi
         Agar klien merasa nyaman dan bersih.

         Mengobservasi adanya kegagalan proses penyembuhan luka
         Mencegah kontaminasi luka


         Mengurangi resiko trauma kulit.


         Diberikan secara profilaksis atau untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.




DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI
Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta; EGC.
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar