Minggu, 29 Juni 2014

Laporan Pendahuluan Abortus Inkomplit

ABORTUS INKOMPLIT


A.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).


2.      Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
a.       Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1)      Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.
2)       Faktor lingkungan endometrium
a)      Endometrium  yang  belum  siap  untuk  menerima  implantasi hasil konsepsi.
b)      Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3)       Pengaruh luar
a)      Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
b)     Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b.      Kelainan Pada Plasenta
1)      Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.
2)      Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes mellitus
3)      Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
c.       Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus.
d.      Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas  operasi  pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).

3.      Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak  dikeluarkan dalam  waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).


4.      Tanda dan Gejela
a.         Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1)        Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2)        Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3)         Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4)        Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5)        Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b.        Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1)         Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2)        Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3)        perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
4)        Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5)        Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau  kadang-kadang sudah  menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6)        Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
5.      Penatalaksaan Medis
a.         Pemeriksaan umum:
1)        Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital.
2)        Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3)        Jika dicurigai terjadi syok, segera  lakukan  penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
4)        Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
5)        Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin, 2006).
b.        Penanganan Abortus Inkomplit
1)      Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis)
2)      Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a)      Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. 
b)     Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3)      Jika kehamilan > 16 mingguan
a)      Berikan infus  oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis arau RL ) dengan  kecepatan 40 tetes / menit  sampai terjadi ekspulsi konsepsi. 
b)     Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c)      Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4)      Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
5)      Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.
6)      Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7)      Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan (Syaifuddin, 2006).
c.         Pemeriksaan Penunjang
1)      Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat

2)      Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
3)      USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih ada.

B.      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian Keperawatan
a.         Identitas Klien
b.        Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
c.         Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
-          Kesehatan sekarang
-          Kesehatan masa lalu
d.        Riwayat Pembedahan
e.         Riwayat penyakit yang pernah dialami
f.           Riwayat kesehatan keluarga
g.        Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h.        Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i.           Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j.           Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k.         Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
l.           Pemeriksaan Fisik
-          Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
-          Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
-          Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
-          Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
-          Auskultasi
-          mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
m.      Pemeriksaan psikososial
-          Respon dan persepsi keluarga
-          Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2.      Diagnosa Keperawatan
a.    Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b.   Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif
c.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase
d.   Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur kuretase

3.      Rencana Asuhan Keperawatan
No.
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Nyeri klien berkurang dalam 3 × 24 jam perawatan dengan kriteria evaluasi
-    Skala nyeri 0 (tidak ada)
-    Klien tidak mengeluh nyeri lagi
-    Raut muka klien tidak menangis lagi
-    TTV dalam batas normal
TD    :
Sistol <140 mHg
Diastol <90 mHg
 N : 80 – 90 x/menit
R : 16 – 24 x/menit
 T  : 36 – 37 oC

1.     Tentukan sifat lokasi dan durasi nyeri serta kaji kontraksi uterus

2.     Kaji stress psikologi klien/pasangan dan respon emosional terhadap kejadian.

3.     Berikan lingkungan yang tenang dan instruksikan klien untuk /menggunakan metode relaksasi


4.     Ukur TTV : TD, nadi, respirasi dan temperatur



5.     Berikan obat analgetik yang tepat

6.     Siapkan untuk prosedur kuretase
1.    Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan keperawatan yang tepat
2.    Ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan biasanya karena kontraksi uterus

3.    Dapat membantu dalam memenurunkan tingkat nyeri dan ansietas serta meningkatkan koping yang dapat membantu menghilangkan rasa nyeri.
4.    Penemuan awal dapat
dijadikan indikator untuk
intervensi
lanjut
5.    Mengurangi fokus klien terhadap rangasangan nyeri
6.    Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri
2.
Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif dapat dicegah atau tidak terjadi setelah 3 × 24 jam perawatan.
dengan kriteria hasil :
- Pasien mengungkapkan tidak lemah, dan tidak merasa haus lagi
-          Mukosa bibir lembab
-          Turgor kulit normal
-          Mata tidak cekung

1.      Observasi TTV

2.      Kaji output cairan harian





3.      Berikan pengganti output cairan harian.

4.       Posisikan ibu dengan tepat (semi fowler).




5.      Lakukan tirah baring dan menghindari ibu untuk valsava manufer.
6.      Laporkan serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah
1.         Mengetahui keadaan umum klien
2.         Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervagina
3.         Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4.         Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari kompresi vena.
5.         Pendarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas
6.         Untuk mengetahui perkiraan banyak nya kehilangan darah

3.
Rasiko infeksi tidak terjadi atau berkurang dalam 3 × 24 jam perawatan dengan kriteria hasil :
-    TTV dalam batas normal
TD: Sistol <140 mmHg
Diastol <90 mmHg
N : 80 – 90 x/menit
R : 16 – 24 x/menit
  T    : 36 – 37 oC
-      Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk meningkatkan kesehatan diri seperti personal hygiene
-      Tidak terdapat tanda Inflamasi :
-      Rubor (kemerahan)
-      Tumor (pembengkakan)
-      Kalor (panas)
-      Dolor (nyeri)
-      Fungsi laesa (gangguan fungsi)

1.      Pantau suhu nadi dan sel darah putih (SDP)







2.      Gunakan aseptic bedah pada persiapan peralatan
3.      Anjurkan klien melakukan personal hygiene contohnya: ganti balutan
4.      Anjurkan klien makan-makanan berprotein tinggi
Kolaborasi :
5.      Berikan antibiotik sesuai indikasi
1.      Peningkatan suhu atau nadi lebih normal dapat menandakan infeksi perlindungan norlmal leukosit dengan jumlah SDP 25.000 /mm3 dapat dibedakan dari peningkatan SDP terhadap infeksi
2.      Menurunkan resiko kontaminasi

3.      Mencegah infeksi



4.      Mempercepat proses penyembuhan


5.      Membantu mencegah infeksi
4.
Rasa cemas berkurang/hilang dalam 3 × 24 jam perawatan dengan kriteria hasil :
-       Melaporkan adanya penurunan penurunan ansietas sampai pada tahap dapat diatasi
-       Memeperlihatkan keadaaan relaksasi klien memahami tentang kondisi penyakit dan prosedur kuretase
-       TTV dalam batas normal

1.      Kaji tingkat ansietas yang dialami klien

2.      Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif




3.      Ukur TTV: TD, nadi, respirasi dan temparatur

4.      Jelaskan prosedur kuretase dan arti gejala serta prognosis abortus



5.      Evaluasi/validasi tentang informasi yang diberikan

1.    Mengetahui sejauh mana tingkat ansietas dapat diatasi
2.    Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klein untuk mengembangkan solusi sendiri
3.    Keadaan ansietas yang berat dapat di manifestasikan dari TTV
4.    Pengetahuan dapat membantu menurunkan ansietas dan meningkatkan
rasa kontrol terhadap situasi
5.    Mengetahui
sejauh mana informasi/cara dapat diterima klien



DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta. 2004
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius Jakarta 2000.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar